Jika kita bertanya kepada orang miskin atau fakir yang setiap hari
harus berjuang untuk mendapatkan sesuap nasi tentang angan-angan yang dia
inginkan, niscaya dia akan berangan-angan hidup berkecukupan atau hidup mapan.
Jika kita bertanya kepada orang yang sudah mapan/mampu tentang
impian apa yang ingin mereka capai, niscaya mereka akan berharap agar bisa
mendapatkan kenikmatan yang lebih dari apa yang mereka dapatkan sekarang baik
berupa harta atau jabatan, agar mereka bisa seperti fulan dan fulan atau
menjadi orang nomor satu dalam hal kesuksesan duniawi.
Dan angan-angan
itu tidak akan berhenti kecuali jika sesorang telah sampai pada ajalnya. Dalam
hadits riwayat imam al-Bukhari rahimahullah dari shahabat Anas radhiallahu’anhu
berkata: Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
لَوْ أَنَّ لِابْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ
ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُوْنَ لَهُ وَادِيَانِ وَلَنْ يَمْلَأَ فَاهُ إلَّا التُّرَابُ
وَيَتُوْبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ
“Kalau seandainya
seorang manusia memiliki satu lembah emas, niscaya dia akan berharap memiliki 2
lembah. Tidak akan ada yang bisa memenuhi mulutnya (membuatnya puas) kecuali
tanah, dan Allah menerima taubat hamba-Nya yang mau bertaubat”.
Jika kita bertanya kepada orang yang berbaring diatas tempat
tidurnya karena sakit tentang angan-angan yang mereka impikan, niscaya mereka
berharap agar kembali sehat supaya mereka bisa beraktifitas menikmati kehidupan
dunia.
Kesehatan dan waktu luang adalah dua kenikmatan yang sering dilalaikan
oleh manusia, mereka akan merasakan betapa berharganya dua kenikmatan tersebut
ketika keduanya dicabut oleh Allah Ta’ala.
Dalam hadits
riwayat imam al-Bukhari rahimahullah, dari Abdullah bin Abbas
radhiallahu’anhuma berkata: Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ
مِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَ الْفَرَاغُ
“Ada dua nikmat
yang sering dilalaikan kebanyakan manusia, yaitu: kesehatan dan waktu luang”
Bercita-cita untuk meraih sesuatu yang bisa mendatangkan manfaat
untuk dirinya dan orang lain, untuk bekal dia menghadap Allah Ta’ala dihari
kiamat kelak adalah suatu hal yang baik. Sebagaimana dalam sebuah hadits
riwayat imam al-Bukhari dan imam Muslim rahimahumallah, dari Abdullah bin Umar
radhiallahu’anhuma, sesungguhnya Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ، رَجُلٌ
آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ، فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ، وَآنَاءَ
النَّهَارِ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا، فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ،
وَآنَاءَ النَّهَارِ
“Tidak boleh iri
kecuali kepada 2 orang, yaitu seseorang yang Allah Ta’ala karuniakan dia dengan
al-Qur’an dan dia membacanya dalam sholatnya malam dan siang. Dan seseorang
yang Allah Ta’ala karuniakan dengan harta, dia berinfak dengan hartanya malam
dan siang”
Namun, ketika seseorang berangan-angan dengan angan-angan yang melanggar
syariat, maka hal itu tidak diperbolehkan, seperti berangan-angan ingin mati
karena tidak sabar menghadapi ujian atau musibah. Dalam hadits riwayat imam
al-Bukhari dan imam Muslim rahimahumallah, Nabi Muhammad shallallahu’alaihi
wasallam bersabda:
لَا يَتَمَنَّيَنَّ
أَحَدَكُمُ المَوْتَ لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ، فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ مُتَمَنِّيًا فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ أَحْيِينِي مَا
كَانَتِ الحَيَاةُ خَيْرًا لِي، وَتَوَفَّنِي مَا كَانَتِ الوَفَاةُ خَيْرًا لِي
“Janganlah salah seorang diantara kalian mengharapkan kematian
karena musibah yang menimpanya, tetapi apabila mengharuskan (karena beratnya
musibah), maka berdoalah: “Ya Allah, hidupkanlah aku sekiranya hidup itu baik
untukku, dan matikanlah aku sekiranya kematian itu baik untukku”
Atau berangan-angan bertemu musuh, sebagaimana dalam hadits
riwayat imam al-Bukhari dan imam Muslim rahimahumallah, Nabi Muhammad
shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
لَا تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ العَدُوِّ، وَسَلُوا اللهَ العَافِيَةَ،
فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاصْبِرُوا
“Janganlah kalian berangan-angan bertemu musuh, mintalah kepada
Allah keselamatan. Tetapi jika ternyata (ditakdirkan) bertemu, maka
bersabarlah”
Atau
berangan-angan (berharap) hilangnya nikmat yang Allah Ta’ala karuniakan kepada
orang lain, karena itu adalah sifat buruk kaum Yahudi, sebagaimana Allah Ta’ala
sebutkan dalam firman-Nya:
أَمْ يَحْسُدُونَ ٱلنَّاسَ عَلَىٰ مَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن
فَضْلِهِۦ ۖ فَقَدْ ءَاتَيْنَآ ءَالَ إِبْرَٰهِيمَ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ
وَءَاتَيْنَٰهُم مُّلْكًا عَظِيمًا
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia
yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab
dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya
kerajaan yang besar. (QS. AN-Nisa: 54)
وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ
أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّنۢ بَعْدِ إِيمَٰنِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا
مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ ٱلْحَقُّ ۖ فَٱعْفُوا۟
وَٱصْفَحُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ
شَىْءٍ قَدِيرٌ
Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat
mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang
(timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka
maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah: 109)
Atau berangan-angan untuk meraih kenikmatan dunia karena sifat
rakus/serakah terhadap dunia, sehingga dia lupa dengan kehidupan akhiratnya
kelak dan dia tidak mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat maka hal ini
adalah sifat tercela. Dan sifat buruk ini merupakan sifat yang dimiliki
orang-orang yahudi, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ ٱلنَّاسِ عَلَىٰ حَيَوٰةٍ وَمِنَ ٱلَّذِينَ
أَشْرَكُوا۟ ۚ يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ
بِمُزَحْزِحِهِۦ مِنَ ٱلْعَذَابِ أَن يُعَمَّرَ ۗ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا
يَعْمَلُون
Dan sungguh kamu akan mendapati mereka (yahudi), manusia yang paling serakah kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih serakah lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Baqarah: 96).
Maa syaa Allah... Baarokallohu fiikum ustadz
BalasHapus